Pernah tidak sih terkadang merasa lirik sebuah lagu itu passsss banget dengan keadaan kita saat itu juga? So pasti pernah, jangan ngeles! Saya juga sering merasakannya, kalau lagi galau sukanya play musik yang menye-menye, kalau lagi bahagia sukanya dengerin yang menye-menye juga, duhh kan buka aib sendiri kan.


Kamu juga sudah tidak asing dengan kata-kata “Aku bisa karena terbiasa” kan? Nahhh bagi yang tidak percaya, mulai percaya dari sekarang deh. Bagi yang sudah percaya, tambah-tambahin lagi percayanya. “Percaya kok sama manusia, percaya itu sama Tuhan” kalau ngeles kamu seperti itu, saya angkat tangan.

Yang saya bahas kali ini adalah tentang kesukaan sebuah lagu yang berujung dengan putus, iya P.U.T.U.S! Di zaman baheula saya juga pernah patjaran (baru-baru ini saja tobat), waktu itu ya polos-polos saja ya, namanya juga anak kemaren sore, patjaran ya gitu-gitu saja. Beda dengan zaman sekarang yang BEUH banget lah tidak perlu dijelaskan lagi.

Saya termasuk orang yang kalau tidak dipentung, ya tidak ada inisiatif duluan. Dipentung disini artinya bukan digebukin, tapi diawali duluan, duhh kan bahasanya ribet. Intinya kalau tidak diajak ya diam saja, mager dirumah. Saya keluar pun juga diajak teman-teman, keluar sama patjar awalnya juga diajakin teman, bisa bayangin kan betapa ngekor-nya saya saat itu? Haha.

Skip skip skip, nanti malah keterusan curhat. Pada suatu saat saya jalan-jalan tengah malam sambil mendengarkan lagu di handphone N6600 punya saya (zaman itu HP N6600 muncul di majalah dan dipakai artis dimana-mana, haha), tiba-tiba ada sms masuk dari si dia, “Bang, lagu itu bagus dehh, coba dengerin, aku suka banget sama lagu itu” jawaban saya, “Iya, ini aku juga lagi dengerin, ngena (kalau sekarang : Jleb) banget nih liriknya”

Mau tau lagunya apa?

“Mau dikatakan apalagi kita tak akan pernah satu… engkau disana, aku disini, meski hatiku… memilihmu…”

Syudahh tahu kan siapa penyanyinya dan apa judulnya? Oke jangan diperjelas.

Nah, namanya lagi “ngeh” banget dengan sebuah lagu, pastinya yang diputar lagu itu-itu saja terus. Beberapa minggu setelah itu rasanya ada saja masalah yang datang dan pergi, intinya tidak ada habis-habisnya deh. Ujung-ujungnya putus, kok bisa? Rahasia. Titik.

Dari situ saya mulai menghindari lagu menye-menye, pokok pengennya bahagiaaaa terus. Efeknya juga memberi dampak bahagia tuh, tidak galau-galau banget pasca putus setahunan lebihnya banyak *gulp

Masalahnya, kasus seperti saya ini juga terjadi dengan teman-teman saya, playlistnya galau, tiap harinya nangis terus, menye-menye banget lah pokoknya! Dia kenalan, jalan bentar, pacaran, putus, kenalan, jalan bentar, putus, gituuuu terus. Entahlah ini adalah sebuah misteri atau memang orangnya saja yang susah untuk berkomitmen dengan sepenuh hati (halah).

Demikian postingan saya kali ini, mau coba membuktikan benar atau tidaknya? Jangan dehh, ciyan yang sudah jalan lama apalagi yang syuudah menikah. Intinya, Suka ya suka saja, jangan terlalu dibawa perasaan, karena realita kebanyakan sih tidak sesuai sama ekspektasi yang kamu pikirkan. Manusia mana coba yang tidak berpikiran buat semuanya dijadiin sempurna? Maafkan bila penutupnya tidak nyambung, sudah kebiasaannya memang. Thanks so sudah menyempatkan diri tersesat di postingan ini, jangan lupa bahagia.

Postingan ini diikutsertakan dalam Giveaway Listeninda #8