Selamat malam, Nun. Entahlah kamu membaca ini saat pagi, siang, malam, atau tidak sekalipun. Nampaknya kamu sudah terbiasa bercumbu dengan angka-angka dan rumus bedebah yang sangat saya hindari itu.

Saya tidak bermaksud menganggumu, saya hanya rindu. Rindu saat menunggumu, renyah tawa serta senyumanmu, di gang yang penuh kenangan itu. Saya terkenal ajaib saat menjawab pertanyaan-pertanyaan mereka, tetapi kata-katamu selalu tampak ajaib diindera saya, Nun.