Me
ABOUT ME
Hot Coffee Beans
Selamat datang di website ini, yeay! Perkenalkan nama saya Yoggy Satya, biasa dipanggil sayang. Saya alien yang terlahir dari rahim alien lain yang bernama Mbak Lis. Untuk lebih jelasnya kamu perlu aktif dan tidak mager untuk klik More About Me di bawah ini. Sekian sambutan singkatnya. So, mau salam sayang apa salam unch nih?
MORE ABOUT ME

Gallery

FlashFiction

#FFRabu - Bukan Urusan Saya

- -
Bukan Urusan Saya
Ilustrasi - Bukan Urusan Saya

“Bagaimana Tuan menanggapi permasalahan yang saya sampaikan ini?”

“Bukan urusan saya”

Jendral perbatasan yang telah diberi mandat rakyat JiCheng Barat itu tercekat, dia tidak menyangka apa yang menjadi keluhan rakyat hanya dianggap enteng belaka. Jendral Gianning pun mencoba untuk mengerti, mungkin Tuan sedang sibuk mencintai rakyatnya.

“Oh iya Tuan, ini ada berkas yang harus anda tanda tangani”

“Ohhh, bawa kesini” ia langsung menandatangani.

“Lebih baik anda baca lebih seksama terlebih dahulu, Tuan”

“Ahh saya tidak hobi baca, kalau nanti salah kan tinggal revisi”

Jendral hancur hatinya, berpikir apakah selama ini telah mengabdi kepada orang yang salah. Ah bukan urusan saya.

---End---
100 kata
Kediri, 26 Agustus 2015 @ 22:43
 Untuk #FFRabu Monday FlashFiction ‘RAJA’

FlashFiction

Hargailah Sebutir Nasi

- -
Liburan kali ini aku terpaksa mengikuti kemauan Ibu mengunjungi rumah kakek di desa. Sebelumnya aku berhasil melarikan diri dengan alasan tugas sekolah menumpuk, diajak teman liburan, dekat dengan ujian sekolah, dan segala macam tetek bengeknya. Tetapi apalah daya, tahun ini aku telah lulus SMA dan masih hitungan bulan pula aku menjadi mahasiswa.

Perjalanan ke rumah kakek sangat membosankan, sejauh mata memandang hanya ada sungai, sawah, dan gunung. Jalanan aspal pun tak kentara karena banyak jerami untuk menutupi lubang-lubang yang jumlahnya mungkin ratusan, dan akhirnya aku sukses sampai disana dengan badan pegal-pegal dan rasa lapar yang saling berkolaborasi. Setelah mandi dan shalat Ashar, Aku pun kaget karena disambut dengan makanan yang menurutku tidak layak konsumsi

“Menu macam apa ini buk, nasi lauk garam dengan sayur kerikil ini apa pantas dimakan?”

“Sudah makan saja”

“Tidak, bisa-bisa aku sakit perut disini, aku sudah kenyang!”

PLAK!

Aku mendapatkan tamparan tepat dipipi sebelah kanan, rasa amarahku pun memuncak. Aku berlari menuju teras depan, yang aku rasakan petang itu hanyalah pedih. “Besok pagi-pagi kamu ikut kakek ke sawah ya, cu!” aku dikagetkan dengan suara dan belaian kakekku. “Iya, besok Andi pagi-pagi ikut kakek” jawabku sesingkat mungkin. Di desa ini hanya kakek yang mengerti aku. Nenek dan Ibu sama cerewetnya, karena itulah aku tidak begitu akrab dengan nenekku.

Esok paginya, setelah shalat Subuh aku dan kakek keluar rumah. Jalanan masih remang-remang tetapi kulihat sudah ada beberapa orang membawa cangkul dipundaknya. “Ayo ikuti para petani itu ke sawah, cu!” kakek merangkul pundakku mengikuti para petani itu dari belakang.

Sesampainya di sawah, aku melihat mereka membuat jalan untuk pengairan sawahnya. Meskipun matahari belum terlihat, aku melihat keringat telah membasahi seluruh baju mereka. Pukul enam tepat para petani istirahat sejenak untuk memakan sebagian bekal yang mereka bawa dari rumah.

“Kamu sudah melihatnya kan?” kakek menyadarkan lamunanku. “Sudah , kek” aku menjawabnya simpel seperti biasanya. “Kamu sudah mengerti kenapa ibumu kelepasan menamparmu sore kemarin?” napasku seketika tercekat. “Maksudnya, kek?” aku bertanya dengan kebingungan. “Hahaha katamu tadi sudah melihatnya, kakek kira kamu juga sudah mengerti. Susah ya bicara dengan anak sekarang lewat peribahasa. Hahaha” kakekku tertawa lepas.

“Begini, kamu kemarin tidak mau makan nasi lauk garam yang ada beberapa kerikilnya kan?”

“Iya kek, maaf”

“Kamu sedari pagi tadi melihat para petani itu sudah bekerja dengan kerasnya saat kebanyakan masyarakat ibukota seperti kamu masih tidur dengan lelap, mereka bekerja keras membuat irigasi agar padinya tumbuh dengan baik, mereka dengan rajin membuat jebakan pada hama padi agar hasilnya melimpah dan tidak sampai gagal panen. Melihat gigihnya perjuangan dan kerja keras mereka, apa kamu tega membuang nasi yang berawal dari padi tersebut?”

Air mataku menetes, aku tersadar lebih mudahnya hidupku dibandingkan dengan mereka. Aku makan hanya perlu memasak beras tidak lebih dari satu jam untuk menjadi nasi. Dengan mudahnya aku mengeluhkan dan membuang sepiring nasi yang hanya bersanding dengan garam dan dua butir kerikil.

“Hargailah makananmu, jangan kau tinggalkan sebutir nasi pun dipiringmu. Karena kamu tidak merasakan apa yang mereka lakukan untuk menyediakan bahan pokok makananmu itu, cu!” kakek tersenyum dan mengajakku pulang ke rumah. 

---End---

500 kata
Kediri, 23 Agustus 2015 @ 23.02
Ngebet ngejar DL, akhirnya nulis juga haha

FlashFiction

#FFRabu – Tolonglah Restanna, Tuhan

- -
Tolonglah Restanna
Ilustrasi Tolonglah Restanna, Tuhan
Aku hanya bisa menatap Restanna dari kejauhan, menenteng payung berwarna biru tetapi tak sedikitpun dipakainya menembus hujan. Sejak musim gugur tahun kemarin aku melepasnya berharap agar ia lebih berbahagia.

“Anna, mau kamu tuh sebenarnya apa?” Aku mencoba bertanya salahku padanya.

“Kamu gak peka dengan keinginanku! Jadi cowok peka dikit napa!”

Aku tak mengerti sama sekali dengan jalan pikirannya, hingga akhirnya aku jadi detektif dadakan stalking sosial media miliknya. Dia terlihat mesra berpelukan dengan kekasih barunya, denganku senyumnya tidak merekah seperti sekarang.

“Tolong berikanlah dia hidayah, Tuhan. Engkau menciptakan Adam dan Hawa, bukan Anna dengan Hawa, kan?” doaku untuk yang tersayang.

---End---

100 kata
Kediri, 19 Agustus 2015 @ 20:01
 Untuk #FFRabu Monday FlashFiction ‘DETEKTIF’

Post

Kesempatan Kedua

-

Kucing by @yoggysatya
Ilustrasi Kucing XD
Si kucing belang lewat depan rumah, dia terhenti melihatku duduk di teras. Dia berkata, "Karena kita semua berhak buat dapet kesempatan kedua tapi bukan buat kesalahan yang sama."

"Dia kagak beri gue kesempatan kedua nyet! main gandeng yang lain gitu aja di depan gue! dannn... gue jujur masih cemburu saat temen ada yang curhat kalo pernah netek sama dia! gue shock kalo dia ternyata juga diem aja!" aku nyerocos menanggapinya.

"Gue kucing, bukan monyet! dan lo kagak berhak curcol jujur sama gue!" Sahutnya dongkol.

"Gue kan pengen jujur, jadi kagak boleh bo'ong meng!"

"Teeerseraaaahhhh..." teriaknya mengejar tikus di halaman belakang.

-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------
entahlah ini disebut apa, fiksi mini, flash fiction, atau apapun itu terserah :D
oh iya, ilustrasi kucing itu dibuat oleh tangan saya sendiri lho! harap maklum lama tidak berkutat dengan pensil.

p.s : ada yang tahu ini jenis tulisan apa agar saya juga bisa buat label yang tepat? :D

End