FlashFiction
Untitled
"Sejak kapan kamu tidak bebal?" dia langsung mencercaku dengan pertanyaan. Kulanjutkan ritualku menyesap kopi seperti biasanya. Kuhirup aroma kepulan panas kopi sambil menggoyangkan cangkirnya, kusesap sepersekian mili, lalu kudiamkan tinggal di indera perasaku sejenak sebelum menelannya, entahlah kopi dataran rendah selalu asam seperti ini.
Perempuan di depanku sekarang ini adalah seorang pecandu kerja, idealis mampus, tua sebelum waktunya, punya prinsip tidak kaya tidak mengapa asal keluarga tetap number one. Perempuan aneh ini bernama Rarasati, aku selalu ganti-ganti nama panggilan untuknya, kadang Ra, bisa saja Ras, tapi seringkali Nduk.
"Tulisanmu yang terakhir kenapa? Preposisimu makin ga jelas tau gak!" kuletakkan cangkir kopi dan mencercanya dengan pertanyaan dan penghakiman. Kulihat dia dengan santainya makan kentang goreng dan sesekali meminum es kopi pesanannya. "Awkuh cawpeh, Mas. Newkah awja gemana keh-tah?" mulutnya nyerocos sambil mengunyah kentang gorengnya. "Dasar orgil, telen dulu tuh makanan! Mana muncrat lagi!"
Pertemanan kami mungkin hitungannya masih seumur jagung, tapi entah kenapa kami cocok saja. Hm, tidak, kurasa dia saja yang terlalu ansos dan aku yang terlalu gampang diculik orang. Awalnya dia termasuk orang yang pendiam dan malu untuk tanya apapun, tapi akhirnya jadi tukang tanya, kesal juga jadinya.
"Oh, iya mas, temenku butuh translator nih! Ambil gak?" hening beberapa saat. "Skip dulu deh, kurang tidur guweh akhir-akhir ini!" jadi bagian ahensi akhir-akhir ini jadi sedikit memuakkan. "Yee, terus kapan nikahnya sama aku kalo males-malesan gitu!" kedipnya. "Haha, siapa juga yang mau nikah sama penggila kerja keg elu!" dia dengan refleks menepuk lenganku, "Dih, dasar ortu jahat!"
"Kulihat kamu kok jadi jarang ngamen sekarang?" selain berkutat serabutan di dunia ahensi, kadang hobiku bermain musik pun berusahan ku-cuan-in, itung-itung buat tambahan beli paket data dan ngafe-ngafe ganteng seperti ini. "Lagi musim hujan, banyak cafe aga sepi jadinya fee dikurangin, aga males kalo ga cuan, kalo mau makan gratisan kan tinggal kontak kamu aja, hehehehehe." Dia menatapku sinis, "Gitu ngatain orang gila kerja. Iya iya si paling cuan-oriented!"
p.s: Niatnya bikin FF, kok jadinya perlu bersambung gini.