Personal
Cogito Ergo Sum
Beberapa hari yang lalu sebenarnya saya sudah ada keinginan untuk menulis disini, motivasi kegalauan sudah ada, bahan-bahan yang ditulis sudah ada, tapi entah mengapa menguap begitu saja.
Saya belajar untuk memulai menulis saat tidak jatuh cinta, apalagi membuat cerita bersambung. Pengalaman yang lalu mengajarkan kalau jatuh cinta memang motivasinya kurang bagus untuk jangka panjang, saya lebih suka memulai menulis saat patah hati, entah kenapa bahan buat menulis itu ada saja, sampai heran.
Sebenarnya saya tipe orang yang mudah jatuh cinta, mudah pula patah hati. Bahkan melihat pedagang sayur menawarkan dagangan dengan riang pun saya merasa jatuh cinta, haha persepsi saya mungkin sedikit lebih unik dari kalian.
Begitu pula dengan patah hati, seperti saat melihat cucian baju jatuh ke tanah karena tali jemuran tidak kuat menyangga beban begitu banyak, sumpah itu sudah capek dan rasanya nggondok sekali. Eh tapi apa ini patah hati atau sekedar kecewa? Atau saya memang halu saja, hehe.
Kalau kalian sering mengamati tulisan di blog ini, ada satu cerita yang saya tulis saat sedang berbunga-bunganya, dan itu berakhir mangkrak. Sangat disayangkan sebenarnya, untuk sekarang mungkin hanya saya endapkan saja, saya belum punya niat untuk menggores luka baru di atas luka lama, eciye.
Kalau untuk sekarang, sepertinya saya sedang jatuh cinta lagi, tapi mungkin sepaket langsung dengan patah hatinya. Kok bisa? Ya sangat amat bisa sekali, karena makhluk ini "mungkin" sedang menjalani masa pemulihan juga. Karena pengalaman saja sih, ketika sedang masa pemulihan, beberapa orang sengaja untuk lebih menutup diri, perkara hati juga.
Tentunya perkara jatuh cinta di usia yang sudah tidak muda lagi ini permasalahannya menjadi sangat kompleks, bukan? Sebenarnya saya itu immortal dan selalu berusia tujuh belas tahun, tapi anggap saja sekarang saya sudah berumur. Saya merasa tidak boleh main-main lagi, saya merasa sudah bukan lagi waktunya menanyakan, "Sudah makan belum?," "Kamu dimana? Dengan siapa? Semalam berbuat apa?" kalau kamu bacanya sambil menyanyi, kamu kalah.
Kalau untuk sekarang, pertanyaan seperti "Bagaimana hari-harimu?" "Bagaimana perkerjaan hari ini?" "Jangan terlalu capek ya, jaga kesehatanmu" kata-kata itu terkesan basa-basi, tapi penting. Di umur sekarang ini, itu bukan termasuk pertanyaan kepo lagi, tapi merupakan pertanyaan untuk melepas lelah dengan tujuan mereka mau bercerita tentang hari-harinya, siapa tahu juga akan menjadi deep talk yang berharga.
Untuk perkara deep talk, mungkin akan saya bahas di postingan-postingan selanjutnya. Sekarang apa sih yang dibutuhkan orang selain mengejar materi? Tahan sebentar kalau mau protes, mengejar materi dan hal-hal menyangkut cuan itu perlu. Tapi lebih dari itu, manusia itu perlu ngobrol. Saya juga belum riset, tapi saya yakin beberapa orang bahkan tidak sadar kalau dia sedang mengalami stress. Maka dari itu, manusia perlu ngobrol dengan orang yang sefrekuensi, kalau semakin tua dan tubuh semakin rapuh, sudah bukan lagi waktunya untuk mengejar materi, tapi cukup dengan ngobrol. Hahaha itu hanya teorinya, saya belum setua itu, tapi coba saja pikirkan lagi.
Untuk kasus yang sekarang, entah kamu sedang menutup diri atau memang kamu saja yang merasa tidak bisa sefrekuensi dengan saya. Mungkin pendidikan pun juga berpengaruh sih ya, tidak diragukan lagi saya pun kadang masih minder kalau hanya lulusan SMA, manusiawi sayang!
Tapi untuk perkara mendengarkan, saya siap untuk mendengarkanmu, mendengarkan keluh kesahmu yang sepaket dengan perasaan bahagiamu itu. Meskipun saya tahu, kadang manusia tidak tahu diri, cerita mengenai pedihnya tapi lupa akan bahagianya.
Untuk sekarang, sepertinya kita perlu sama-sama memperbaiki diri. Yang perlu kamu tahu, setiap kali kamu ingin bercerita tentang hal-hal bodoh pun, saya ada.
Ayo ngeblog meneh
BalasHapus