Nayla, gadis cantik nan manis ini adalah kekasihku. Dia menyenangkan, pelukannya selalu membuatku merasa nyaman, tangisnya membuatku kacau, dan yang paling membuatku luluh adalah senyum manisnya.
Aku pernah membuang kembang pemberianmu, aku selalu menganggapmu terlalu kekanakan akan perayaan hari jadi kita, mengabaikan apapun yang kau buat dengan penuh cinta.

Di batu ini, aku menuliskan nama kita sekali lagi. Maafkan aku pernah menganggapmu berlebihan, ternyata baru kusadari kamu hanya ingin membuat kenangan.

Aku memang pernah patah, Nay. Tetapi seperti janjiku dulu yang tak pernah aku diskusikan denganmu, kalau tidak dengan kau, aku akan melayani Tuhan kita meskipun keyakinan kita menganjurkan pernikahan.

---End---
100 kata
Kediri, 4 November 2015 @ 23:41
 Untuk #FFRabu Monday FlashFiction ‘PATAH’