Hallo kesayangan, bagaimana kabar kamu dan lelakimu?

Semoga sehat selalu ya, atau setidaknya kalau ada pertengkaran pun itu untuk hubungan kalian yang lebih harmonis di masa yang akan datang. Sejauh ini kamu masih bisa bertahan kan? Iya, kamu harus lebih bertahan dan sabar dalam menghadapi lelakimu yang sekarang. Apa saya iri? Jawabannya mungkin, saya iri dengan dewasamu yang sekarang dalam menghadapi dia yang bukan saya.

Saya sempat berpikir, kamu menganggap saya apa di masa yang lalu. Saya sangat buruk waktu itu, kita pernah berjanji saling memperbaiki diri satu sama lain. Ah, ternyata kenakalan kecil pun tak luput dari kita yang sedang merasakan cinta yang membuncah liar, sesuatu yang bodoh namun asik.

Saya ingat waktu kamu mengeluh, “Arrghh sayang, aku pusing dengan tugas-tugas ini! Buruan nikahin gih!” suara keluhanmu yang manja itu membuat saya tersenyum, “Kamu yakin?” seperti biasanya, kamu mengelak. Kamu selalu pintar membuat yang serius seolah bercanda.

Entah kenapa Tuhan selalu telak mengejutkan saya, kamu berjalan di depan saya dengan bergandengan. Saya seolah amnesia mendadak, menerka-nerka hal apa yang saya hilangkan hingga kamu meninggalkan saya begitu hebatnya. Bercandamu kali ini terlampau keterlaluan, sayang.

Kamu tahu seberapa hebatnya saya dalam mengenang, melupakanmu tak semudah saat melihat senyumanmu lantas jatuh cinta seenaknya. “Mengikhlaskan adalah menyederhanakan yang sudah” Bangsat, ternyata saya pernah menuliskan kalimat itu. Saat itu saya belajar meyakini apa yang saya tuliskan dan menerapkannya dengan sungguh-sungguh, meskipun tampak bodoh tetapi ternyata saya bisa tanpa kamu.

Karena sejak awal pun sepertinya dimatamu kita hanya ketiadaan, maka perpisahan pun menjadi muara yang tak terelakkan. Gila ya, kamu bisa jadi iblis es seperti itu. Terimakasih, tanpa kamu mungkin saya tidak bisa setangguh ini. Tanpa kamu saya tidak akan pernah bertemu dengan nona yang sedang serius di sini.

Saya disini tidak ingin membandingkan kamu dengan yang lalu kok, saya hanya ingin kamu mengerti kalau saya serius. Saya mengerti kamu tidak setangguh itu, kita pernah sama-sama merasakan sakit yang amat sakit. Karena kamu berharga, sedikit pun saya tidak ingin membuatmu terluka. Semoga kita satu pemikiran meskipun dengan dua kepala yang berbeda. Karena perihal cinta sendirian itu melelahkan dan berteman dengan luka. Bismillah, ya!