April Mop. Jadi, sudah berapa hati yang kau tipu dan kau patahkan kemarin? Fenomena April Mop, atau yang biasa disebut April Fool's Day ini termasuk masih banyak yang merayakannya ya. Untuk ukuran orang Indonesia yang mudah latah, bahkan di beranda media sosial saya masih ada yang masih iseng melakukan hal ini.

Tapi sepertinya perayaan April Mop ini semakin naik kelas saja, kalau dulu ada meme atau orang yang membuat ide untuk menyatakan cintanya, kalau ditolak bisa bilang, "Yee April Mop!" kalau diterima malah girang dia, udah betul kalau kamu tolak, basi!

Saya lihat pagi ini masih saja ada artikel maupun status teman-teman saya sisa April Mop kemarin, ada yang menulis "Saya sudah berhenti main Youtube, Channel ini dijual!" padahal juga mau ngemis viewer, syukur-syukur dapet subscriber. Ketik bbf di komentar untuk share tulisan ini secara otomatis, jangan berhenti di kamu!

Pagi ini tadi saya juga iseng googling dengan kata kunci, "April Mop" dan ada headline portal berita online nasional yang menuliskan judul, "Polisi Imbau Momen April Mop Tidak Dijadikan untuk Sebar Hoax" Yaelah pak, ya April Mop ini memang buat nipu orang tujuannya, minum dulu bosque! Santai baca ini, jangan langsung ngegas, saya belum lihat dari sisi framing portal beritanya.

Sekarang saya akan curhat, saya kemarin dikerjain sama cuaca. Selama beberapa tahun tinggal adem ayem di Kediri ini, saya merasakan cuaca aneh itu sudah dua kali, pertama entahlah lupa di tahun berapa itu ada angin kenceng sekali sampai menjatuhkan genteng rumah, begonya itu ada anak-anak kecil malah main di depan rumah saya, sambil pose mau buat kagebunshin naruto, gila ga tuh yang berumur udah takut anak kecilnya malah absurd! Haha

Cuaca aneh kedua itu saya alami kemarin, iya 1 April 2018 setelah adzan maghrib. Tiba-tiba turun hujan dan angin disertai uang, abaikan uangnya. Keadaan itu berlangsung kurang lebih selama dua jam, kampretnya diikuti mati lampu juga. Jadi cuacanya asli mencekam, kilatan petirnya hampir tidak ada jeda, dan saya otomatis menelantarkan pesan-pesan yang masuk di layar ponsel saya, saya saja takut pegang elektronik apapun kalau ada petir. Bayangkan berapa jiwa yang tersakiti dan berasa saya PHP saat itu? Ratusan! Oke baique, ini sudah berlebihan.

Momen badai seperti kemarin malam itu membuat saya jadi berdoa tidak putus-putus, saya otomatis ingat sama kata-kata nenek saya yang diucapkan saat ada angin kencang, "Gandri, Gandri, Kula anak putune Ki Ageng Selo" soal kata-kata ini tidak perlu saya jelaskan, kalian googling saja siapa Ki Ageng Selo itu, ehe.

Pukul 8 malam listrik dan lampu rumah sudah hidup lagi, tetapi tentu masih menyisakan gemuruh yang terus berlanjut. Saya teringat kalau kemarin itu adalah penutupan Mujadah Kubra yang dilakukan setahun dua kali di sekitar kediaman nenek saya. Saya hanya membayangkan kasihan sekali orang yang jualan, kalau hujan-hujan seperti kemarin itu bagaimana nasib mereka.

Setelah tragedi itu, saya cek ponsel saya. ternyata benar banyak DM masuk dari beberapa aplikasi. Maafkan hamba kisanak, suwer saya itu takut pegang ponsel kalau banyak gemuruh dan petir, hehe. Mirisnya batrai saya juga sudah sekarat, dan pagi ini baru bisa balas, dengan emotikon. Iya, dengan emotikon doang setelah chat panjang, kurang jahat bagaimana lagi saya? haha.

Ada sih beberapa hal menyebalkan yang terjadi kemarin malam, yang membuat saya akhirnya tidur di ruang keluarga. Tapi rasanya yang itu tidak perlu dijelaskan, karena makan hati dan membuat mood saya juga bakal buruk nantinya. Terimakasih sudah mampir disini, meskipun saya tidak terlalu tahu eksistensi kalian, karena jarang ada yang komentar juga, tapi saya optimis kalau postingan ini bakal dibaca, saya sendiri misalnya.