“Jam pelajaran sekolah telah selesai, hati-hati dalam perjalanan pulang, semoga hari esok lebih menyenangkan”

Itu adalah bel dan kata-kata yang sangat ditunggu semua siswa disekolah gue, meskipun menurut gue pribadi kata-katanya terlalu berbasa-basi dan gue takut lama kelamaan kata-kata itu berganti “Jam pelajaran telah berakhir cyiinnn, yuk pulang cinta!” langsung muntah deh para jomblo, udah dirumah dibully, sekarang malah dibully bel sekolahan pula, BEL SEKOLAHAN! ngenes banget hidup lo.

“Teman-teman habis ini jangan pulang dulu ya! Kita akan bahas tentang drama kelas kita” Rindu berteriak memberi pengumuman buat kelas gue.

Gue keluar kelas dengan membawa tas dan langsung ikutan diteriakin sama Rindu.
“Hey Yoggy! Mau kemana lo? Jangan berpikiran buat kabur ya!”

“Gue mau ke toilet, mau ikut?”

“What?” Teriakannya sontak membuat telinga gue berdengung.

“Makanya jangan cerewet, gue juga mau mampir ke kantin bentar, laper!”

“Yaelaahh oke, cepetan ya!”



Gue pergi ke kantin dan hanya membeli air mineral. Gue sejenak menghamburkan pandangan kesegala penjuru kantin, gue mencari barangkali ada cewek cantik yang bisa membuat otak gue fresh dan terlahir kembali, tetapi yang ada hanya ibu kantin yang gemuk dengan wajah galak sebagai cirinya mengusir gue karena kantin mau ditutup. Its oke gue memutuskan untuk kembali ke kelas gue dengan pikiran biar kerjaan cepat kelar dan gue bisa cepetan pulang kerumah, tetapi ternyata...

“Haaa?? Mana yang lain?” Gue berteriak.

“Udah pulang...” Rindu menyahut pertanyaan gue dengan lesu.

“What? Jadi cuman beberapa orang ini doang?” Gue mulai naik darah.

“Iya Kie...” Rindu menjawabnya dengan lirih.

“Keren...” Gue menggelengkan kepala.

Gue kasihan melihat ekspresi Rindu yang tentunya capek karena pulang sekolah harus menyempatkan waktu mengatur drama yang tentunya tidak membutuhkan waktu yang sebentar itu.

“Oke deh kalo memang yang kerja hanya kita, ya apa boleh buat... Hey Jaelangkung kusut, lo bantuin gue desain dan ngelukis, Widya sama Ester buat tulisan, Mail sama Trian coba buat konsep untuk kostum,  yang lainnya tolong bantuannya ya, eh iya Rin naskahnya udah kelar kan?” Gue mulai handle keadaan karena gue merasa iba kalau Rindu saja yang mengatur semuanya.


“Sudah kok... makasih ya udah mau tinggal” Rindu tersenyum.

“Udah kagak usah sok imut lo cimol! Ayo bantuin gue sama Dian sini!” Gue buru-buru ngeles karena gue selalu luluh kalau lihat orang tersenyum.

“Iya bawel! Sini gue kasih glitter dulu biar tambah keren!”

“Okesip tumben lo pinter!”

Waktu cepat sekali berlalu, hanya tinggal beberapa orang saja yang masih sibuk membereskan kerusuhan yang hari ini kami buat, yang lain juga sudah mulai pulang dan berguguran. Tidak disangka awan mulai terlihat gelap dan hujan pun tidak dapat dibendung jatuh kebumi. “Udahan dulu ya, lanjut besok lagi” Gue angkat bicara karena jujur gue juga lelah. Semuanya mengiyakan, gue berjalan keluar kelas dan duduk mencari udara segar. Rindu menghampiri gue.

“Thanks ya buat hari ini”

“Lain kali lo tu harus lebih tegas sama anak-anak, jangan paksain diri atasi semua ini dong!” gue mulai mengomel lagi.

“Iya iya maafin gue, jadi tambah dingin tauk lo omelin kayak gini!”

“Sini lihat tangan lo!” Gue memegang tangan Rindu dan mencoba menghangatkannya dengan kedua tangan gue.

“........”

Entah beberapa lama  gue merasa aneh dan sepi, dan pandangan gue melihat wajah Rindu merah merona yang tangannya sedari tadi belum lepas dari genggaman gue.

“Lo sakit?” Gue bertanya dengan polosnya.

“Bodoh!” dia menarik tangannya sampai tiba-tiba...

“DHUAAARRR!!!” Petir tiba-tiba mengglegar seperti tepat diatas kelas gue.

“Huuuaaaaa” Rindu menjerit dan meraih tangan gue.

“Huuuaaaaa! gue kaget dengen jeritan melengking lo tauk!” Gue otomatis juga ikut teriak.

“Gue takut sama petir” dia memeluk tangan gue lebih erat.

“........” gue terdiam dan tersenyum, entahlah gue merasakan sesuatu yang berbeda.


Hari ini satu lagi yang gue tau, Rindu yang ceria, cerewet dan berisik itu ternyata takut melihat dan mendengar suara petir. Jujur saja sebenarnya gue juga takut sama petir, gile lu ndro kalo ada orang yang berani maen petir!. Tetapi gue gengsi dong, masa dihadapan cewek, gue harus jujur kalo gue juga takut petir? Terus dia lari kemana kalo gue juga lari? Setidaknya gue tetap berusaha tegar meski gue juga merasa takut, agar dia tetap disini, percaya gue, dan tidak sekalipun berpikir untuk lari menjauh.

---------------------------------------------"--------------------------------------------