“Please tolong berhenti dan tengok gue sebentar Rin!” Gue menggerutu dengan hati dongkol setengah mampus melihat Rindu Erikaputri dibonceng jaelangkung kusut si Rahardian Bramantyo.

Kisah ngenes gue ini dimulai justru dizaman cintanya kingkong, alias zaman SMA. Kenapa gue ambil kata kingkong? Cinta monyet itu masih kecil dan labil yang dominan sih dari ukuran SD sampek SMP, sedangkan kingkong kan udah gedhe, beringas dan punya wajah mesum tuh, dan gue rasa cocok aja sih si kingkong gue bully dicerita ini.

Rindu Erikaputri, cewek kecil tengil yang badannya bantat kayak kue yang adonannya kagak jadi itu orang yang paling rese dan ceria di kelas gue.  Dia dan gue termasuk orang yang suka bantuin penjaga sekolah buat bukain pintu gerbang sekolah, iya gue merasa kita itu selalu saingan siapa yang bakal berangkat duluan itu yang menang. Gue akuin gue childish! Tapi dia juga gitu lah! Enak aja kalo cuman gue sendiri yang childish!

Kalau ada orang jangkung, krepeng, dan mukanya kayak sambal korek itu pasti namanya Rahardian Bramantyo, dia adalah sahabat gue. Kalian mungkin heran di awal gue bilangnya jaelangkung kusut dan ini tadi kok bilang ada sambal koreknya segala? Iya gue itu orangnya ngablak alias sering ngomong asal, apalagi gue dikenal orang yang paling horor kalau sudah bikin julukan baru buat seseorang, dijamin langsung jadi trendsetter dan si korban gue itu langsung terkenal. haha

“Selamat pagi Yoggy Satya” Rindu menyapa gue dengan senyumnya.

“Iya selamat pagi cendol garut, udah bantat pake nari-nari kagak jelas lagi!” Dengan santainya gue menyahut sapaannya.

“Lo tuh ya disapa baik-baik malah ngatain gue lagi!”

“Hahaha sorry, wah gue kalah masuk pagi lagi nih nyet!”

“Ya jelas lah, kost gue aja sekitaran 50 langkah dari sini, masa iya gue kalah sama orang yang rumahnya jauh yang mukanya macam lo!”

“hahaha mulai panas nih, santai aja dong!”

“Okie jelek yang paling rese sedunia.....Kalo lihat muka lo pagi-pagi itu paling anti sama santai!”

Begitulah setiap pagi gue, Yoggy Satya yang punya nama beken Okie selalu saja adu mulut dengan siswi yang menyandang gelar ketua ekskul theater itu. Gue selalu mengamati kelakuan konyolnya setiap pagi, mungkin dia memilih angin pagi sebagai kekasihnya. Atau mungkin dia adalah pecandu angin yang akan terus menari sampai tiba waktu kan menjemputnya nanti. Begitulah pagi-pagi dihabiskannya menari, bersandar menikmati angin dan dengan ceria selalu menyapa orang yang lewat didepan matanya. Sampai pada suatu pagi...

“Pagi adonan cimol!”

Ada yang aneh, Rindu tidak menjawab sapa gue, dia meringkuk di pagar yang tingginya setengah dari tubuh remaja SMA itu. Tidak seperti biasanya dia seperti itu, sampai gue dikacangin dan otomatis gue kepo dan memutuskan untuk mendekat.

“Hey lo kenapa?”

“....” Dia menatap gue dengan mata yang berkaca-kaca dan muka yang memerah.

“hahaha lo nangis? Udah gedhe masih aja nangis! Cengeng lo!”

“lo pikir itu lucu?” dia berkata dengan nada tinggi

“Ya sorry... ada masalah apaan?”

“Lo tuh kepo banget sih sama urusan orang lain!”

“Tuh kan lo ngebo waktu pelajaran, pepatah mengatakan ; malu bertanya sesat dijalan, gue tanya dikit doang dikatain kepo! Gue kempesin entar tubuh lo! Mau?”

“Lo itu selalu kagak pernah serius!”

“.......”

Iya, gue itu orangnya sering dibilang tidak pernah dan tidak bakal bisa serius, tetapi entahlah masih banyak saja yang mau temenan dan deket sama gue! Kata mereka, gue itu meski rese tapi jujur dan buat tenang sekaligus nyaman orang-orang yang mendekati atmosfer disekeliling gue, udah kayak pelayanan hotel bintang 5 dah.

“Sorry ya, gue lagi emosi... Gue tau lo yang paling ngertiin saat keadaan gue seperti ini, yahh meski wajah lo punya ekspresi mesum setiap saat, lo tetep temen gue kok” dia tersenyum

“Eh sialan, tampang ganteng kayak aktor kondang gini lo katain mesum? Gue kutuk jadi langsing lo!”

“haha please kutuk gue sekarang juga!. Thanks ya Kie!” dia menyeka air matanya.

“Iya urwell! Entar traktir gue aja dikantin! Btw sebenarnya ada masalah apaan sih?”

“Yeee maunya! Tuh kan lo kepo lagi!”

“Halahhh oke fine gue kagak peduli!” gue berbalik arah berniat ingin pergi ke kantin

“Gue kemarin malem mutusin Diki” Rindu berkata dengan lirih

“Owhh... emang gue peduli?”

“Maaf Kie, gue kagak pernah gubris nasehat lo, ternyata bener dia busuk, dia selingkuh dibelakang gue.....”

“Udahlah gue udah biasah kagak digubris dan diperhatiin orang”

“Tapii... hey!”

Gue nyelonong pergi ke kantin, gue pesan teh hangat dan menikmatinya. Gue terkadang seperti saksi bisu kehidupan sahabat-sahabat gue, semuanya padahal sudah gue beri, tetapi mereka seperti menginginkan yang lebih, padahal yang berlebihan itu tidak baik. Kelebihan berat badan contohnya.

------------------------------------------------------------“-------------------------------------------------------------