YOGGY
Akhirnya aku sampai dirumah dengan keadaan yang mengenaskan, basah. Pertemuan dengan Liliana hari ini membuat perasaanku campur aduk hingga aku lupa membawa jas hujan yang sebelumnya telah aku siapkan. Rasanya badanku meriang dan gemetaran, entahlah mengapa kulitku ini begitu sensitif, lalat pun mungkin terpeleset kalau hinggap ditanganku.

“Gimana kencannya sama Langit? Ndak di PHP lagi nih? Haha”

“Bunda ini apaan sih! PERKEMI banget ih!”

“Kamu itu yang masuk Persatuan Kemeruh Indonesia! Haha”

“Mulai deh...”

“Bunda kan penasaran, kan rencana ketemuan yang sebelumya kamu sudah beres-beres semuanya, sampek motor ayah sama bunda  juga ikutan kamu cuci, eh akhirnya gagal... kan cakitnya tuh dicini! haha” bunda mengejekku habis-habisan dengan sangat ekspresif.

“Tuh kan bunda jahat, udah ah aku mau mandi dulu!”

Bunda awalnya memanggil Liliana dengan nama kecilnya, tapi sejak ngestalking dan tahu kalau nama kontak Liliana aku tulis dengan nama “Langit”, bunda pun ikut-ikutan memanggilnya Langit. Dan terbongkarlah sebuah fakta di bagian ini kalau bundaku selain ginuk-ginuk ternyata juga ketularan abege alay zaman sekarang.

“Gimana kabarnya pacar kamu?”

“Baik kok, Bun”

“Ohhhh sekarang pacar toh...”

“Kalaupun aku bilang dia bukan pacar, toh bunda juga selalu bilang kalau dia pacarku”

“Emangnya apa kalau bukan pacar? LDR?”

“Ishh Bunda kepo deh...”

“haha yasudah, tuh Bunda udah bikinin Hot Coffee

“Makasih kakak”

Pernah terpikirkan, mungkin aku alay selama ini karena diturunkan sifat alay dari bundaku, tetapi saat aku bilang, “Eh iya bun, aku kok alay ya? Apa memang buah jatuh tak jauh dari pohonnya?” dan bundaku pun menjawabnya dengan singkat dan monohok, “Kalau pohonnya dipuncak gunung, gak mungkin buahnya jatuh di dekat pohon!” aku pun mempertahankan argumenku, “Kan dibawah pohon ada semak belukar dan hewan-hewan alay yang melindungiku agar tidak jatuh terlalu jauh meninggalkan luka dalam, Bun!” dan akhirnya aku sadar, alayku sudah menggila.

DI KAMAR YOGGY

Setelah selesai mandi dan ganti pakaian, aku membersihkan kamarku yang berantakan seperti habis diserang Elekocukuwukucuk, seorang mutan dalam imajinasiku yang gagal kondang karena terlalu  ribet baca namanya doang. Aku sekilas memandang sesuatu yang dirajut Liliana disela kesibukannya yang kuletakkan dalam lemari kaca, “Terimakasih sayang” gumamku. Aku mencoba untuk duduk mengambil napas panjang dan menyalakan laptop yang masih ada label “DISCOUNT 75%” diatasnya untuk melanjutkan cerita #Brotherzone milikku, sampai ketika...

“Halo Bang Yoggy!”

“Astaga! Alba! Kalau mau masuk kamar abang itu ketuk pintu dulu, jangan langsung masuk terus teriak kayak gitu!” jantungku masih dag dig dug.

“Ohh begitu ya, oke oke Alba ulangi ya bang!”

“Kagak usah! Telat!”

“Hehehe ya maaf bang! Bang, Alba mau tanya dong!”

“Tanya sama abang itu mahal! Emang kamu punya uang berapa?”

“Aku punya tiket buat bilang ke Bunda kalo Abang jahat, biar uang saku abang dicut! Hohoho”

Kenalin, Alba adalah adik yang lebih parah diatasku. Mungkin dia adalah alay generasi ketiga setelah Bunda dan Aku sendiri. Dia termasuk dalam kategori anak polos, bukan polos yang artinya tidak nakal, BUKAN! Tapi polos dalam arti jahat, tukang mengadu, tukang akting dan tukang kentut dalam diam, halah.

“Beberapa hari ini Alba lihat berita tentang Begal, emang Begal itu apa sih bang?”

“Ehmm... mau penjelasan panjang atau simpel?”

“Yang gampang saja deh bang, aku takut kalau yang panjang entar abang kelupaan penjelasannya ditengah jalan”

“Kacau dah punya adik rese kayak kamu”

“Terus apa Bang Begal itu?”

“Begal itu sejenis mantan, orang yang mengendap-endap dalam keheningan mencari kesempatan untuk mencuri hatimu dan ngajakin balikan!”

“Selama itukah abang jadi jomblo ngenes, sampai-sampai tinggal bilang sejenis maling aja pakai mantan segala! Dasar Jones!” Alba meninggalkanku dan menutup pintu kamarku.

“Bukannya terimakasih malah ngatain abang yang femes ini dengan sebutan jones!” Aku berteriak dalam kamarku.

Beginilah Alba yang sekilas muncul dalam bagian ini, adik yang rese melebihiku. Setidaknya dialah penghiburku saat aku dirumah, sebal sih dengan sikap sok cuek yang dimilikinya, tetapi setidaknya dia tidak pembohong yang berkata akan selalu menjaga komunikasi dan sering menghubungiku untuk sekedar memberikan kabar satu sama lain.