Tentang Sepupu dan Dunia Kebaperan. Beberapa hari yang lalu, saya upload foto berdua dengan adik sepupu saya. Saya menulis kurang lebih, “Sesekali upload foto yang berbau berdua-duaan, biar yang liatin pada baper :3” yang terjadi adalah ada yang menganggap adik saya itu patjar saya, welah. Entah kenapa nih ya, makin banyak saja orang yang mudah baperan. Sebelum kata baperan menjadi kekinian, saya rasa belum ada tuh orang yang sampai bawa perasaan melewati batasannya. Errr, apa ini yang dimaksud word’s effect?

Entah kenapa kata-kata memang sangat berpengaruh terhadap keseharian seseorang, apalagi jika seringkali diulang pengucapannya. Saat saya menulis ini, saya teringat suatu artikel tentang pikiran alam bawah sadar. Dalam artikel tersebut dijelaskan jangan berkata-kata negatif, kepada diri sendiri pun pada orang lain. Yang saya ingat adalah pada bagian sugesti ya, pikiran bawah sadar itu tidak bisa menggambarkan kata perintah “jangan” Kalian tentunya pernah punya adik, tetangga, atau sepupu yang berusia balita saat dilarang, “Jangan Lari” dia justru lari. Pernah? Jadi mulai sekarang untuk mensugesti diri sendiri cobalah menghilangkan kata-kata negatif, misalnya “Aku lho rajin, cerdas, pintar, pandai menabung, dan disayang mama!” mungkin kata-kata ini bisa membantu? Ahaha mbuh lah, kalian bisa mencarinya sendiri ya kebenaran atas kepingan-kepingan ingatan saya ini.

Nah, disini saya sebenarnya anti dengan orang-orang yang berpikiran negatif, tetapi adanya kaum-kaum baper ini terkadang membuat saya berpikir, “Ini saya nulis cinta-cintaan, yang mungkin bisa disebut puisi atau apapun itu yang agak galau gitu apa bisa mempengaruhi orang lain juga ya?” Karena yang dipikiran saya, orang baperan sama orang fanatik itu sama, kalo kebablasan bisa bunuh diri juga. Tapi kembali lagi niat dari menulis sih, ya tulis saja. Kalau kamu bisa bunuh diri dari apa yang saya tulis? Masa bisa sih? Berarti saya turut menghilangkan secuil kebegoan di Negara ini, maybe?

Bicarain tentang adik sepupu saya itu, dia sekarang sudah kelas 9 SMP lho. Sewaktu dia masih awal-awalnya masuk SMP, saya sering memberikan sugesti agar dia melanjutkan SMA di Kota yang lebih dekat dengan rumahnya, yang kalau naik bus, bisa langsung turun di depan SMA tersebut. Tetapi akhir-akhir ini justru saya mendengar dia ingin melanjutkan SMA seperti kakak tergantengnya, siapa lagi kalau bukan saya? Wk! Mungkin guru-guru di SMP juga turut andil dalam memberikan pilihan pada SMA tersebut. Apakah saya senang? Biyasah saja. Tapi setidaknya saya punya alasan kalau ingin berkunjung kesana, ehe.

Kurang lebih dua bulan mungkin ya, Ujian Nasional SMP dimulai. Yah, semoga dia mendapatkan nilai yang baik lah, karena dia itu walaupun rese tapi jujur. Semoga hasil akhir kejujuran dia tidak tertelan dengan yang tidak jujur, aamiin. Btw, saya yakin kalau dia waktu SMA bakalan pilih sains, karena dia lebih cerdas dan pikirannya rasional sekali, beda sama abangnya ini yang sebenarnya bisa dibilang anti-sosial tapi justru memilih kelas sosial, hahah. Ajaibnya nih ya, yang biasanya ulangan harian dapet nilai 23, 32, 55, etc itu rata-rata nilai ujian nasionalnya bisa 80 sampai 90, itu yang membuat saya salut dengan anak sains, Wk! Sumpeh, ini kekaguman dalam kepolosan, bukannya mau memicu polemik ya! Haha.

Btw, berikut ini foto berdua yang saya upload di linimasa efbi saya, yang di efbi sengaja saya hapus, kenapa? Kalau dianya suatu saat punya efbi dan stalking akun saya, bisa penuh bekas jiwitan kuku di lengan saya, iya, dia jahat, haha.
Masa mirip orang patjaran? Seperti Om sama keponakan iye -_-

Yoggy Satya

Sekian postingan saya kali ini, jadi bingung nih mau kasih judul apaan, haha. Terimakasih sudah mau tersesat di sini, salam kenal. I think that following “Blogger Fams” at the right side & leave a comment is just way more humble than stalking! Nice to see you here. See ya!

P.s : itu foto waktu gondrong, sekarang udah pendek! Catet!