Hallo kesayangan, weekend kemarin saya jalan-jalan ke Malang. Intinya hanya ingin keluar rumah dan menenangkan suasana hati yang entah kenapa belakangan ini jadi cepat sekali berubah-ubah. Akhirnya Malang jadi tempat pelarian saya, karena Surabaya terlalu panas untuk jadi tempat pelarian, duh.
Ngalam Kuy!
Seminggu sebelumnya saya sudah menghubungi teman saya Aji apa dia tidak ada mata kuliah weekend saat itu. Karena sekarang sudah masuk musim penghujan, saya juga tidak janji benar-benar berangkat ke Malang atau tidak. Sebenarnya badan saya juga belum terlalu sehat untuk pergi ke luar kota, yang follow IG saya pasti tahu tentang resep dokter yang saya posting.

Saya berangkat sekitar pukul 08.00 WIB setelah makan pagi, setelah cek barang bawaan yang sudah komplit dan minta izin orang tua, saya mulai perjalanan sabtu itu. Perjalanan saya rasa mulus-mulus saja, kecuali drama bus yang agak lambat dan saya khawatir ke “unduran” karena tepat di belakangnya, haha.

Setelah sampai kontrakannya Aji, saya istirahat sebentar. Tidak lama setelah itu dia mengajak saya mencari makan, karena dia belum sarapan. Ampuni Baim Ya Allah karena makan dua kali pagi itu, haha. Nasi campur yang isinya mie, sambal goreng tahu tempe, tempe goreng, dan lele goreng sebagai lauknya ludes. Yang kampret itu sambalnya, di mulut itu tidak pedas sama sekali, baru kerasa panas banget saat di perut.

Sehabis Dzuhur, kami berangkat melihat pameran buku di Taman Krida. Sampai di sana hujan turun dengan lebat, membuat udara di dalam ruangan menjadi panas dan pengap. Harga-harga bukunya miring banget sumpah, mulai lima ribuan. Saya cukup menghabiskan IDR 50k untuk meminang enam buku.

Kami tiba di kontrakan dengan basah, tidak pakai kuyup. Aji ingin mengajak saya ke pameran seni UM, saya melihat langit dan gerimis pun masih terus turun. Saya menyarankan berangkat selepas Maghrib saja sekalian, daripada nanti kelupaan Shalat Maghribnya.
Siapa yang tidak suka narsis?
Saya menilai pameran yang digelar di UM sudah bagus, hanya saja (biasanya saat ini dimulai kata-kata gebleknya) terlalu “uwis” Bagimana ya cara menjelaskanya, terlalu cepat dinikmati lalu berlalu begitu saja. Kalau saya sih mending dibuat seperti labirin daripada terbuka seperti kemarin. Pengunjung yang datang terlalu berisik dan banyak yang foto selfie melanggar batas zona pamerannya juga, jadi bete. Saya tidak banyak mengabadikan potret di dalam pameran, hanya IG story saja. “Yang seperti ini terlalu sayang kalau difoto-foto, nikmatin aja lah,” Batin saya.

Saat keluar dari pameran, Aji meminta saya untuk menunggu temannya sebentar. Agendanya sih sebentar, tetapi akhirnya juga lama. Sudah kewajiban pria memaafkan kesalahan wanita, halah. Namanya Hajar, entahlah kita bertiga sepertinya tipe-tipe manusia yang asik dengan dunia kami masing-masing, haha. Ketika Hajar tiba, pameran seninya sudah tutup, macam drama, haha.

Waktu jalan mengelilingi pameran, Hajar mentraktir kami minuman yang rasanya sumpah absurd sekali tapi enak, haha. Minumannya itu campuran rempah-rempah gitu, isinya ada jahe, kapulaga, kayu manis, ada buah murbai sama strawberry juga. Malam itu pun ditutup dengan adegan foto-foto dan wefie. Thanks buat malam anehnya! Haha.
"Masih" berisi.
Maafkan kameranya. :(
Hitam putih kehidupan, halah.
Waktu pulang aji sudah mengeluh kelaparan, haha. Dia memberikan opsi, “Kalau makan lalapan gimana?” saya menjawab, “Malem dingin-dingin kaya gini ini ya yang anget-anget aja lah!” akhirnya kami pun makan soto ayam dan minum jeruk hangat di warung makan dekat kontrakan Aji.

Waktu sore hari, sebenarnya kami berencana untuk coba ngopi di cafe depan warung yang kita makan soto ayam itu, apalah daya perut kami kekenyangan, lagian sepertinya tempatnya full, mungkin lain waktu saja cobainnya.

Minggu pagi harinya kita ke CFD Malang, lumayan rame tapi lebih heboh di Pare. Sebelum berangkat CFD kami mandi dulu, btw ini niatnya bukan lari-larian tapi ngemper cari sarapan ya, haha. Kami penasaran sama jeruk peras yang harganya IDR 6k yang lumayan enak karena jeruk asli, kampretnya tuh ngemper ya tetep aja nasi Pecel. Btw, nasi pecel orang-orang Kediri masih tetep juwarak gaes!

Siangnya kami penasaran dengan promote di IG tentang kaos polos di Jl. Kadaka, lebih detailnya next post ya. Siangnya sebelum pulang si Yohanna pengen mampir ke kontrakan Aji, dia kehujanan waktu perjalanan dan berakhir drama abang bakso yang enak IDR 10k yang masuk-masuk gang kontrakannya si Aji.

Mereka berdua menggoda saya agar tidak buru-buru pulang, mereka berencana nonton dulu gaes. Begitu jahatnya mereka, padahal saya akan pulang. Setelah selesai Shalat Ashar, insting jahil saya keluar. Saya sembunyikan kunci motor Yohanna di bawah meja laptopnya Aji.

Setelah cek ada barang ketinggalan atau tidak, saya mantap untuk pulang. Setelah berpamitan, saya pun berangkat dan berdoa agar tidak kehujanan selama perjalanan pulang. Hujan sih Alhamdulillah tidak, tapi selama di Batu macet parah, untung bawa motor coba kalau mobil bisa sampe Isya’ mungkin sampai rumah.

Selama perjalanan pulang saya menikmati lagu smartphone saya, bukan lagu band-band terkenal. Lagu dari tanda “calling” tepatnya, saya membatin pun tertawa, “Ini yang telepon pasti Aji sama Yohanna” Sebenarnya saya ingin minggir dulu untuk membuka ponsel pintar milik saya, apalah daya suasananya macet parah dan padat sekali, sorry ya rek! Haha

Sampai di rumah pukul 17.30, saya langsung membuka ponsel pintar milik saya. Seketika tawa saya meledak ketika ada notif 71 missed call dan saat mengaktifkan paket data banyak sekali chat yang masuk selama dua jam perjalanan, haha. Rek, maafin A’im ya, muahaha.

Usai sudah perjalanan kali ini ke Malang, next mungkin ke Bandung ya. Terimakasih buat kamu yang berkunjung pun menyempatkan waktu untuk membaca disini sampai selesai. See ya!