November kali ini di tempat saya turun hujan, lebih tepatnya cuman air jatuh. Rasanya belum layak disebut gerimis, apalagi hujan. Guyuran air berdurasi berkisar dua menit itu seakan memberikan harapan palsu. Akhir-akhir ini mungkin saya terlalu sentimentil dengan keadaan. Hingga menghakimi hujan pun rasanya tak mengapa. Rasanya kali ini saya bakalan membenci hujan, karena hujan hanya mengingatkan tentang kerinduan. Aroma tanah basah pun rasanya hanya sebab mencuatnya memori-memori yang berusaha saya tanam jauh di dasar yang paling gelap. Entahlah, apapun jadinya kau... pembawa kerinduan atau sebagai pengingat luka, aku akan tetap menanti dan mengamatimu dari balik jendela, tanpa penyambutan.