Tentang Kenangan. Entah bagaimana tadi awal dari percakapan kami, hingga akhirnya Ibu saya berkata, “Hidup dan menghidupi anak itu tidak semuanya tentang uang. Kalau masalah kesehatan anak, Ibuk pikir semua orangtua pasti selalu khawatir tentang kondisi anak, apalagi orangtua yang pernah kehilangan anaknya, ‘hati rasanya sir-sir’ ketika anak sakit, nanti bagaimana ya, harus melakukan apa ya, blablabla”

Rizky Gurit yoggysatya
Saya merasa ada getaran pada goresan Alm. Ayah saya pada tulisan ini :(
Saya tidak menyangkalnya, kenapa? Karena Ibu saya pernah mengalaminya juga. Rizky Gurit Prasetyo Utomo, dia pernah hidup di kehidupan sebelum saya terlahir di dunia. Banyak sekali orang-orang berduka atas kepergiannya,terlebih Ibu saya. Dia dikenal sebagai anak yang pintar sejak belia, bathuke nyela cendhani, alise nanggal sepisan, lambene nyigar jambe, Irunge ngudup mlati, dan tetek bengeknya yang bagus-bagus. Itu semua kata-kata yang keluar dari nenek saya, kalian belum tau artinya? Googling deh, bayangin aja udah keder saya punya seorang kakak seperti Mas Gurit, haha.

Kakak saya yang kalau tidak salah belum genap satu tahun saja sudah dikenal, ibaratnya orang satu desa, hingga kini pun namanya masih sayup-sayup dibicarakan, “Edan tenan masku iki” batin saya. Secara ya, orang yang sudah tidak ada saja masih diperbicarakan, apalagi kalau masih ada. Bisa-bisa anak yang naksir saya (kalau ada) bisa jadi gantian naksir kakak saya, hahah.

Kembali pada topik utama, setiap orangtua mempunyai cara sendiri dalam menunjukkan kasih sayangnya kepada kita, meskipun tidak sedikit yang beranggapan kasih sayang itu bukan pada tempatnya. Intinya, apapun cara dan perbuatan yang dilakukan orangtua kamu itu demi kebaikanmu, itu kalau orangtua kamu “sehat” kalau tidak gimana? Waduh orangtua saya Alhamdulillah sehat, jadi saya belum bisa menjawabnya ya, belum ada juga teman yang curhat orangtuanya lagi bermasalah, gila aja menyebarkan aib orangtua seenak jidatnya, dan kenapa menulis ini agak-agak emosi ya, haha.

Saya pernah menyesal dan sekarang pun masih sama, masalah “salim” dengan Ibu waktu saya masih SMP. Saya sejak kecil diajari untuk berpamitan sebelum keluar rumah, semuanya juga seperti itu kan? Nah kebiasaan itu pun masih terbawa sampai sekarang, btw tau arti “salim” tidak? Salim itu tindakan mencium tangan seseorang, disini bahasannya mencium tangan Ibu ya, jangan salah fokus. Harusnya namanya salim itu mencium tangan, tapi saya sampai sekarang masih pakai kening, haha. Nah dari dulu sampai sekarang pun kalau saya salim selalu dibarengi dengan cipika-cipiki, ngerti kan? Cium pipi kanan – cium pipi kiri Ya Ampun kamu taunya apa sih? Haha mulai terbawa perasaan.

Waktu SMP itu saya masih ada rasa, “MALU” waktu salim terus cipika-cipiki di depan gerbang sekolah SMP saya. Dan itu sumpah jadi sesuatu yang saya sesalkan sampai sekarang, entah kenapa. Saat itu mungkin adalah saat paling labil kali ya? Apa saya yang terlalu aneh mempermasalahkan hal ini? Tetapi inilah saya, waktu tidak bisa diputar kebelakang dan momen seperti itu pun akhirnya juga akan menjadi kenangan, hidup terlalu singkat untuk ditempati kenangan-kenangan buruk, weiittss.

Sementara udahan dulu ya postingan kali ini, lain kali saya cerita kenapa kok agak lama update akhir-akhir ini (kalau penting sihh). Thanks yang sudah mau tersesat di sini, aku tanpa komentar+kunjunganmu bagaikan butiran debu gaes. See ya!