Ke Arah Kiri

Ke Arah Kiri
Ilustrasi : Ke Arah Kiri
Terkadang bermain kata dengan hati sendiri memang aneh, sebetulnya dari kata itu juga akan ada suatu kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi setelahnya. Sekarang kamu sedang berbicara denganku, “Aku sudah berubah, kenapa kamu masih tetap mendiamkanku seperti ini?” Lalu aku menjawab pertanyaanmu dengan tegas, “Apanya yang berubah, sepertinya kamu begini-begini saja dari dulu!” aku tak membiarkan kamu menyela sedetik pun, “Umurmu yang sudah berubah, tapi kebiasaanmu itu tetap sama. Masa bodoh akan semua hal dan tidak pernah bisa bangun pagi sedini mungkin, sama saja seperti dulu kan?” Entah kesurupan setan apa aku masih tetap saja nyerocos padamu, “Aku menyarankan kamu untuk menulis pun bukan tanpa alasan, karena aku tahu kamu. Tetapi tetap saja, kamu tak mau tahu kan? Bukan tentang mengungkit-ungkit besar kecilnya biaya yang aku keluarkan demi kamu, aku tidak berharap kamu peduli denganku, pedulilah dengan dirimu sendiri dulu!” Aku melihatmu tercekat tak bisa menjawab konvoi emosiku yang tumpah ruah. Sembari menghela nafas panjang, tanganku menyentuh kepalamu dan mengelusnya, “Kamu lihat jam dinding itu, cintaku tak pernah berhenti hingga jarum jam berputar ke arah kiri.”


P.s : aku, kamu, kita, baper.